Jumat, 13 Desember 2013

UJI FUNGSI GINJAL II

PENDAHULUAN


Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Terletak di bagian retroperitoneal bagian atas atau di posterior rongga abdomen. Dalam ginjal terdapat unit fungsional ginjal yang disebut nefron yang terdiri dari glomerulus, kapsula bowman, tubulus proksimal, tansa henle, dan tubulus distal. Ginjal memiliki fungsi untuk mempertahankan pH cairan tubuh, mempertahankan jumlah dan komposisi cairan tubuh, menegeluarkan hasil pemecahan metabolisme, dan menyerapa kembali zat-zat yang dikeluarkan oleh tubuh. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Banyak kerusakan dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut), yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Sulit mengukur kerusakan ini secara langsung. Oleh karena itu, dibentuk beberapa tes laboratorium yang memberi gambaran mengenai kesehatan ginjal. Tes ini disebut sebagai tes fungsi ginjal atau faal ginjal, dan dapat membantu menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada sampel urin dan darah.
Langkah awal dimulai dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan sedimen urin. Berbagai informasi penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari urinalisis. Pengukuran kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum berguna untuk evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Dalam keterbatasannya, kedua uji tersebut mampu membuat estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akurat. Untuk menetapkan LFG yang lebih tepat dapat dilakukan pengukuran dengan klirens kreatinin.

URINALISIS
Urinalisis adalah analisi fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalisis berguna untuk untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan  dengan ginjal.

Persiapan pemeriksaan
·         Dari pasien:
-          Tidak mengkonsumsi vitamin C atau zat pereduksi lain
-            Tidak memakai obat-obatan yang memberi warna pada urin
-          Daerah genital bagian luar dibersihkan dahulu supaya tidak terkontaminasi dengan sekret vagina, uretra, dan bahan-bahan lain dari luar
-            Mencuci tangan sebelum dan sesudah menampung urin.
-       Untuk melihat ada tidaknya kelainan pada tubulus ginjal pasien puasa minum 24 jam, makan standar atau seperti biasa. Jika penderita tidak puasa, disuntik ADH (anti diuretik hormon), setelah 1-2 jam baru diukur berat jenis urinenya.
·         
Dari alat dan bahan pemeriksaan:
-          Alat atau wadah penampung urin terbuat dari plastik, bersih, kering, dapat ditutup, bermulut lebar, dan satu kali pakai
-          Bahan pemeriksaan berupa urin dalam wadah harus diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medik, tanggal dan jam pengambilan urin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
-          Perlu diperhatikan jenis urin yang diperlukan berdasarkan waktu, yang digunakan urin sewaktu, urin pagi, dan urin 24 jam.
·         Dari analis atau petugas pemeriksa:
-          Membrikan penampung urin dan edukasi kepada pasien bagaimana cara pengambilan urin yang benar. Misalnya urin porsi tengah : urin yang pertama kali keluar tidak ditampung, lalu urin selanjutnya ditampung, dan urin yang terakhir keluar tidak ditampung
-          Mempersiapkan alat dan reagen yang diperlukan untuk pemeriksaan, misalnya carik celup atau strip, urinometer, urinanalyzer, dan mikroskop untuk melihat sedimen urin.
-          Urin segera diperiksa dalam waktu <1 jam, kalau lebih sebaiknya disimpan dilemari pendingin 2-8oC bertahan 8-24 jam atau diberi pengawet.
Prosedur dengan menggunakan reagen strip
Ambil satu reagen strip untuk satu sampel urin. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan reagen strip dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.

Prosedur pemeriksaan mikroskopik urin
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.

Cara pelaporan hasil pemeriksaan sedimen
Dilaporkan
Normal
+
++
+++
++++
Eritrosit/LPK
0-3
4-8
8-30
lebih dari 30
Penuh
Leukosit/LPK
0-4
5-20
20-50
lebih dari 50
Penuh
Silinder/Kristal/LPL
0-1
1-5
5-10
10-30
lebih dari 30
Keterangan :

Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.

Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Nilai rujukan dan interpretasi hasil

 Urinalisis
 Dewasa 
Bayi baru lahir
 Anak
 Warna
 Kuning muda sampai kuning sawo

Kuning muda sampai kuning tua 
 Tampilan
 Jernih
 Jernih
Jernih
 Bau
 Berbau khas

Berbau khas
 pH
 4,5-8,0
 5-7 
4,5-8
 Berat jenis
 1,005-1,030
 1,001-1,020
 1,005-1,030
 Protein
 2-8 mg/dl


 Glukosa
 Negatif

Negatif
 Keton
Negatif

Negatif
 Darah
Negatif

Negatif
 Sel darah merah
 1-2

 Jarang 
 Sel darah putih
 3-4

 0-4
 Sedimen
 Jarang menimbulkan hialin

 Jarang

Sedimen urin
Nilai normal
Cell cast
Negatif
White cell cast
0-5/hpf
RBC
0-3/hpf
Epitel
0-2/hpf
Bakteri
< 2/hpf atau 1000/mL
Kristal
Negatif

 Sifat atau Unsur
 Kondisi/Masalah Klinis
 Keterangan
 Warna:

Warna yang pucat biasanya mengindikasikan bahwa urin tersebut encer dan warna kuning tua atau kuning sawo mengindikasikan bahwa urin tersebut pekat. Obat dan makanan akan mengubah warna urin
Tidak berwarna
Asupan cairan banyak, diabetes insipidus, penyakit ginjal kronis, ingesti alkohol, gugup

 Merah atau merah tua
 Hemoglobinuria, Kontaminasi mentruasi, Pengaruh obat (sulfisoksazol, fenitoin, klorpromazin, docusate, fenolftalein), Makanan (gula bit, kelembak, pewarna makanan)

Tampilan:


 Keruh, berkabut
 Bakteri, pus, jaringan sel darah merah, sel darah putih, fosfat, cairan prostat, spematozoa, urat, asam urat

 Bau


 Amonia (Berbau busuk)
Pemecahan urea oleh bakteri

pH


<4,5
Asidosis metabolik, asidosis respiratorik, kelaparan, diare, diet tinggi daging berprotein, pengaruh obat (ammonium klorida, asam mandelat)

>8,0
Bakteriuria (infeksi saluran kemih akibatpseudomonas atau proteus), Antibiotik (Kanamisin, neomisin, streptomisin), sulfonamid, kelebihan salisilat, natrium bikarbonat, asetazolamid, kalium sitrat, Diet (tinggi buah-buahan asam, tinggi sayur-sayuran)

Berat jenis (BJ)

BJ rendah dapat mengindikasikan bahwa penyakit ginjal, karena ketidakmampuan memekatkan urin, adanya kelaianan pada tubulus ginjal.
<1,005
Diabetes insipidus, kelebihan asupan cairan, hidrasi berlebihan, penyakit ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit polikistik), defisit kalium yang parah

>1,026
Penurunan asupan cairan, demam, pemberian dextran, albumin per IV, diabetes mellitus, muntah, diare, dehidrasi, media kontras sinar X

Protein:

Prorteinuria merupakan indikator yang sensitif terhadap disfungsi ginjal
> 8 mg/dl
Proteinuri reingan sementara, latihan fisik, strees berat, mandi air dingin, demam, penyakit infeksius akut, penyakit akut, penyakit ginjal (glomerulonefritis, sindrom nefrotik, penyakit polikistik ginjal), SLE, leukimia, mieloma multipel, penyakit jantung, toksemia gravidarum, septikemia, zat (arsenik, merkuri, timbal, karbon tetraklorida), penyakit obat (berbiturat, neomisin, dosis penisilin berlebihan, sulfonamid)

< 2 mg/dl
Urin yang sangat encer

Glokosa:

Ambang ginjal terhadap glukosa darah adalah 160-180 mg/dl
> 15 mg/dl (acak) atau +4
Diabetes mellitus, gangguan SSP (stroke, meningitis), sindrom cushing, anestesia, infus glukosa, stres berat, infeksi, pengaruh obat (hasil positif palsu), asam askorbat, aspirin, sefalotin, streptomisin, epinefrin

Pemeriksaan Mikroskopik Sedimen Info:


Sel darah merah
Trauma pada ginjal, penyakit ginjal (pielonefritis, glomerulonefritis, hidronefrosis), batu ginjal, sistitis, SLE nefritis, aspirin (berlebihan), antikoagulan, sulfonamid, kontaminasi menstruasi

Sel darah putih
Infeksi saluran kemih, demam, latihan fisik berlebihan, SLE nefritis, penyakit ginjal, gagal jantung

Cell cast
Menunujukan acute tubular necrosis

Red cell cast
Timbul pada glomerulus akut

White cell cast
Terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis

Kristal (kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple posfat)
Menunjukan peningkatan asam urat dan asam amino



KREATININ KLIRENS
Klirens kreatinin yaitu sejumlah plasma yang dibesrsihkan dari kreatinin oleh ginjal per menit. Kreatinin adalah produk limbah dalam darah yang berasal dari aktivitas otot. Terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatin otot dan merupakan produk sisa kreatin. Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak direabsorbsi tubulus pada keadaan normal. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot. Klirens kreatinin dapat digunakan untuk menilai laju filtrasi glomerulus (LFG).

Persiapan pemeriksaan
·         Dari pasien:
-          Tidak melakukan aktivitas fisik atau olahraga berat
-          Tidak mengkonsumsi alkohol
-          Tidak perlu puasa
·         Dari bahan pemeriksaan:
-          Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa urin 24 jam dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak hemolisis.
-          Bahan pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·         Dari analis atau petugas pemeriksa:
-          Pasien diberi alat penampung urin dan edukasi bagaimana cara menampung urin
-          Dicatat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien
-          Diukur tinggi dan berat badan pasien
-          Diambil darah vena pasien, lalu dbuat plasma atau serum
-          Dipersiapkan alat yang terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-          Sampel langsung diperiksa atau disimpan.
*stabilitas sampel : serum / plasma : 2 - 8 °C = 7 hari pada suhu (-15) - (-25)°C = 3 bulan, urine : 2 - 8 °C = 4 hari pada suhu (-15) - (-25)°C = 3 bulan


Pemeriksaan klirens kreatinin
·         Kadar kreatinin dalam plasma/serum dan urine (diencerkan 10x) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
·         Diukur volume urin yang ditampung dalam 24 jam per menit atau diuresisnya.
·         Perhitungan klirens kreatinin
-          Menurut Traub SL dan Johnson CE untuk anak 1-18 tahun
Clcr = [0,48x(tinggi)]/Scr
Keterangan : Clcr = klirens kreatinin, Scr = kreatinin serum
-          Metode Jelliffe, memperhitungkan umur pasien, pada umurnya dapat dipaki untuk pasien dewasa yang berumur 20-80 tahun. Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens kreatinin untuk konsentrasi kreatinin serum yang sama.
Pria : Clcr = [98-0,8x(umur-20)]/Scr
Wanita : Clcr pada pria dikali 0,90
-          Metode Cockroff dan Gault juga digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari konsentrasi kreatinin serum pasien dewasa. Metode ini melibatkan umur dan berat badan pasien.
Pria : Clcr={[140-umur(tahun)]xberat badan(kg)}/[72xScr(mg/dL)]
Wanita : Clcr pada pria dikali 0,85
-          Untuk menyeragamkan satuan pengukuran LFG, digunakan rumus sebagai berikut:
Klirens Kreatinin   cc/menit
U = Kadar Kreatinin Urin (mg/dL)
V = Diuresis per menit selama 24 jam (cc/menit)
P = kadar Kreatinin darah dlm serum atau plasma (mg/dL)
F=faktor dengan rumus Du Bois

Nilai rujukan dan interpretasi hasil
Nilai normal kreatinin : 0,6 – 1,3 mg/dL
Nilai normal klirens kreatinin : pria 150 cc/menit; wanita 130 cc/menit
Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klirens kreatinin
Derajat
kegagalan ginjal
Klirens Kreatinin
(mL/menit)
Serum Kreatinin
(mg/dL)
Normal
> 80
1,4
Ringan
57 – 79
1,5 - 1,9
Moderat
10 – 49
2,0 - 6,4
Berat
< 10
> 6,4
 Anuria
0
> 12

Normal LFG  pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. LFG  berfungsi untuk mempertahankan homeostasis tubuh. LFG  yang terlalu cepat menyebankan proses reabsorpsi di renal tubule tidak sempurna, sebaliknya LFG  yang lambat menyebabkan tingginya reabsorpsi zat yang seharusnya dibuang lewat urin. LFG  sangat erat kaitannya dengan Tekanan Darah tubuh.LFG  dapat dikatakan normal jika tekanan darah 80-180 mmHG. LFG  dipertahankan dengan mekanisme autoregulasi dan miogenik ginjal (renal myogenik autoregulation) dan umpan balik tubuloglomerular (tubuloglomerular feedback).
Faktor yang mempengaruhi hasil
·         Obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum seperti  Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.
·         Kehamilan
·         Aktivitas fisik yang berlebihan
·         Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium
·         Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien lansia dan pasien malnutrisi akibat penurunan massa otot.
·         Kreatinin menurun pada kasus distrofi otot, atrofi, dan malnutrisi..



KLIRENS UREA
Klirens urea mengukur fungsi glomerulus karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut. Tetapi nilai klirens urea tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate, karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis. Percobaan ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga dijadikan 4 jam atau lebih. Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap jangka waktu minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit atau lebih (maximal clearance) lebih dapat dipercaya dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2 menit (standard clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan tidak dapat dipercaya.

Persiapan pemeriksaan
·         Dari pasien:
-          Pasien puasa selama 8 jam sebelum pengambilan darah
·         Dari bahan pemeriksaan:
-          Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa urin dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak hemolisis.
-          Bahan pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·         Dari analis atau petugas pemeriksa:
-          Pasien diberi alat penampung urin dan edukasi bagaimana cara menampung urin. Urin yang digunakan adalah urin yang ditampung dalam waktu dua jam dalam dua wadah dengan selisih satu jam.
-          Dicatat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien
-          Diukur tinggi dan berat badan pasien, dan tentukan luas permukaan tubuh (LPT) dengan rumus Du Bois
-          Diambil darah vena pasien, lalu dbuat plasma atau serum
-          Dipersiapkan alat yang terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-          Sampel langsung diperiksa atau disimpan.
*stabilitas sampel : serum / plasma : 7 hari pada 20 - 25 °C, 7 hari pada 2 - 8 °C, 1 tahun pada - 20 °C, urine : 2 hari pada 20 - 25 °C, 7 hari pada 2 - 8 °C, 1 bulan pada - 20 °C
Pemeriksaan klirens urea
·         Kumpulan urine jam I dan II secara berurutan, kemudian hitung produksi Urine per menit : V (ml/menit).
·         Kadar ureum (BUN) atau urea dalam plasma/serum dan urin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
·         Ukur Tinggi Badan, Berat badan, dan tentukan luas permukaan tubuh (LPT) dengan rumus Du BOIS.
·         Klirens Urea dihitung berdasarkan rumus :
Produksi Urine > 2 ml/menit : Karena = Ux (V/P) x 1,78/LPT x 100/75

Produksi Urine < 2 ml/menit : Karena = Ux x 1,78/lpt x 100/54

Nilai rujukan
Klirens urea: 55 cc/menit – 75 cc/menit

Kadar BUN :
Kategori
Kadar
Dewasa
5-25 mg/dl
Anak
5-20 mg/dl
Bayi
5-15 mg/dl

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan implikasi klinik
·         Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu.
·         Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak minum.
·         Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar BUN
·         Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadi pengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
·         Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal.

ASAM URAT

Asam Urat adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.
Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu. Menunjang diagnosis gout. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau pengobatan pasien asam urat, pasien kemoterapi.

Persiapan pemeriksaan
·         Dari pasien:
-          Pasien puasa selama 12 jam sebelum pengambilan darah
-          Tidak mengkonsumsi alkohol dan vitamin atau suplemen yang dapat meningkatkan asam urat, seperti vitamin C
-          Tidak boleh stress
 Dari bahan pemeriksaan:
-          Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa urin (pagi dan 24 jam) dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak hemolisis.
-          Bahan pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·         Dari analis atau petugas pemeriksa:
-          Pasien diberi alat penampung urin dan edukasi bagaimana cara menampung urin.
-          Dicatat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien
-          Diambil darah vena pasien, lalu dbuat plasma atau serum
-          Dipersiapkan alat yang terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-          Sampel langsung diperiksa atau disimpan.
*stabilitas sampel : serum / plasma : 5 hari pada 2-8 °C, 6 bulan pada -20 °C. Urin pagi hari dan 24 jam tanpa penstabil : sesegera mungkin dianalisa. Urin pagi hari dan urin 24 jam dengan penstabil NaOH sampai pH > 8,0 : 4 hari pada 20-25 °C.

Pemeriksaan asam urat
Kadar asam urat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran asam urat oleh reaksi dengan uricase. Dibentuk reaksi H2O2 dengan katalisis peroksidase dengan asam 3,5-dichloro-2 hydroxy benzenesulfonic (DCHBS ) dan 4-aminophenazon (PAP) untuk memberi warna merah violet pada celupan quinoneimin sebagai indikator.

Nilai rujukan dan interpretasi hasil
Kategori
Kadar asam urat
Pria
3,4 – 8,5 mg/dl     (darah)
Wanita
2,8 – 7,3 mg/dl     (darah)
Anak
2,5 – 5,5 mg/dl     (darah)
Lansia
3,5 – 8,5 mg/dl     (darah)
Dewasa
200 – 1000 mg/dL (urin 24 jam)
Dewasa
3792 mg/dL (urin pagi)

Faktor yang dapat mempengruhi hasil dan implikasi klinik
·         Sampel serum/plasma hemolisis
·         Stress dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum
·         Pengaruh obat. Yang menurunkan : alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon. Yang menaikan : diuretik (tiazid, furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin, fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
·         Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbal, pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi protein.
·         Nilai asam urat yang dibawah normal tidak bermakna secar klinik. Tapi biasanya terjadi pada penyakit Wilson, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan.

PENUTUP
     Setelah selesai melakukan setiap parameter fungsi ginjal selalu dilakukan pelaporan, pendokumentasian, dan pengarsifan hasil pemeriksaan. Hal ini bisa dilakukan secara manual atau komputerisasi. Data yang diarsifkan terdiri dari hasil pemeriksaan, metode pemeriksaan, kode pemeriksa, kode pasien, dan waktu.

1 komentar:

  1. Cantumkan pustakanya juga dong biar gak d bilang hoax atau asal.thanks

    BalasHapus