KAPITA
SELEKTA KIMIA KLINIK
FAAL GINJAL
Oleh: Encep Yana Aditia, Amd.AK
PENDAHULUAN
Ginjal berperan penting
sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh, pembuangan zat-zat toksik dan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. Fungsi ginjal akan menurun seiring
dengan makin tuanya usia seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran
fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat
dapat diketahui dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar dideteksi.
Kelainan dapat terjadi pada seluruh atau sebagian fungsi ginjal. Karena itu
pemeriksaan laboratorium uji fungsi ginjal termasuk dalam uji penentu kesehatan
seseorang dan juga penting dalam membantu menegakan diagnosis, memantau
pengobatan dan perjalanan penyakit.
Ginjal melakukan banyak
fungsi antara lain ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia yang bersifat
toksik, regulasi keseimbangan air dan elektrolit, regulasi osmolalitas dan
mengatur kadar elektrolit cairan tubuh, regulasi tekanan arterial, keseimbangan
asam-basa, sekresi metabolisme dan ekskresi hormone serta glukoneogenesis.
Unit anatomik yang
merupakan unit fungsional ginjal adalah nefron. Satu nefron terdiri dari
glomerulus dengan kapsul Bowman, tubulus proksimal, ansa Henle dan tubulus
distal. Pada masing-masing ginjal terdapat ± 1 juta nefron sehingga keseluruhan
seseorang mempunyai 2 juta nefron. Lihat gambar 1.
Untuk dapat menjalankan
fungsinya ginjal perlu dilalui oleh darah secara terus menerus dalam jumlah
cukup. Dalam keadaan normal hal ini dipenuhi dan ginjal merupakan organ tubuh
yang terbanyak dilalui darah persatuan berat. Berat ginjal hanya < 1 % dari
berat badan akan tetapi sebanyak 20-25 % dari curah jantung pada keadaan
istirahat yang mengalir memalui ginjal.
Setiap nefron mengandung
seberkas kapiler, glomerulus dan tubulus. Darah mengalir ke ginjal, dan
engorges jumbai kapiler. Air dan zat terlarut kecil melewati dinding pembuluh
membentuk filtrat dari plasma yang memasuki ruang kapsul Bowman. Dinding kapsul
membentuk tubulus yang melintasi ginjal.
Darah meninggalkan
kapiler glomerulus melalui arteriol eferen yang membentuk jaringan yang recta
vasa dan mengikuti jalan tubulus. Sel-sel tubulus ginjal memodifikasi filtrat
sampai akhirnya membentuk urin yang keluar dari tubuh . Tubulus bertanggung
jawab atas dua proses, reabsorpsi dan sekresi.
Reabsorpsi adalah
proses pemindahan zat terlarut dari lumen tubular ke dalam interstitium yang
menggenangi tubulus, sehingga mereka dapat diserap oleh recta vasa. Beberapa
zat seperti glukosa dan natrium adalah seratus persen diserap sampai tingkat
plasma melebihi konsentrasi tertentu disebut ambang ginjal.
Sekresi adalah proses
pengangkutan zat terlarut dari interstitium ke dalam lumen tubular , sehingga
mereka dapat diekskresikan dalam urin. Sekresi memungkinkan zat seperti ion
hidrogen dihilangkan pada tingkat yang melebihi filtrasi glomerulus. Proses ini
dikendalikan oleh permeabilitas selektif dari berbagai segmen tubulus terhadap
air, garam dan urea, serta respon hormon tubulus pengumpul distal seperti
aldosteron , hormon antidiuretik , dan hormon paratiroid .
Ketika fungsi ginjal
menjadi terganggu oleh penyakit, proses filtrasi glomerulus dan tubular
reabsorpsi dan sekresi menjadi terpengaruh untuk luasan yang berbeda . Hal ini
dapat mengakibatkan retensi produk limbah yang tidak lengkap disaring,
hilangnya zat terlarut penting yang tidak diserap, dan kegagalan tubulus untuk
merespon kontrol hormonal elektrolit dan keseimbangan air. Darah dan tes urine
biokimia mencerminkan sejauh ini disfungsi dan digunakan untuk
mengkarakterisasi keadaan klinis pasien.
Tiga proses utama akan
terjadi di nefron dalam pembentukan urin yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresi. Filtrasi akan mengambil 20% plasma yang masuk glomerulus tanpa
menyeleksinya. Kurang lebih akan didapatkan 125 mL filtrate/menit atau 180 l/hari.
Dari jumlah itu, 178,5 l/hari akan direabsorbsi. Maka rata-rata urin orang
normal adalah 1,5 l/hari.
Urin
yang dikeluarkan mengandung air dengan ureum, kreatinin, fosfat dan sulfat
hasil proses katabolisme. Juga terdapat asam urat, K+ dan H+ hasil penukaran
dengan Na+ atas pengaruh aldosterone di tubuli distal. Protein dalam keadaan
normal diekskresi dalam jumlah sedikit. Glukosa yang difiltrasi akan
dreabsorpsi terutama di tubuli proksimal, tetapi dengan makin tinggi kadarnya
dalam filtrat glomeruli maka makin banyak pula glukosa yang dikeluarkan bersama
urin. Terdapat pula eritrosit, leukosit, dan kritstal metabolit serta sel-sel
epitel karena itu pemeriksaan urinalisis dapat memberikan informasi tentang
proses dan kelainan yang terjadi pada ginjal maupun saluran urin serta proses
metabolisme tubuh.
UJI
FUNGSI GINJAL
Tes fungsi ginjal
adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa dilakukan untuk
mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan untuk skrining penyakit
ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan penyebab penyakit
ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini berusaha untuk
menentukan keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes ini, fungsi
renal yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau ekskresi akan diuji.
Banyak kondisi yang
dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk melakukan-fungsi vital mereka.
Beberapa mengarah pada penurunan fungsi ginjal, yang cepat (akut) yang lainnya
menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap (kronis). Keduanya
mengakibatkan penumpukan zat limbah beracun dalam darah. Sejumlah tes
laboratorium klinis yang mengukur tingkat zat diatur secara normal oleh ginjal
dapat membantu menentukan penyebab dan luasnya disfungsi ginjal. Tes ini
dilakukan pada sampel urin, serta pada sampel darah.
Tes
Urin dan Darah
Ada berbagai tes urine dan darah yang
dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:
1.
Urinalisis
Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah
disebut urine rutin, merupakan tes yang seringkali pertama diberikan jika
masalah ginjal dicurigai.
Pra
Analitik:
Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan
adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang dikonsumsi
sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan sampel, pertama
pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau setelah bangun
tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang ada.
Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara bersih.
Porsi tengah urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses miksi.
Secara bersih yaitu didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin
ditampung tanpa mengenai bagian badan atau penampung lain. Pada perempuan
disarankan penampungan urin dengan membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah
menggunakan penampungan yang bersih, kering, bermulut lebar, ditutup dengan
rapat, , disposable dan memakai label.
Urin
tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat
pengeluaran agar unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur
selular. Apabila perlu jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka
diusahakan dengan menempatkan penampung urin dalam pendingin atau menggunakan
pengawet seperti toluene, formalin 40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin
untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar pada sentrifuge 1500-2000 rpm
selama 5’. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur dengan sedimen.
Analitik:
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan makroskopis
(warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan berat jenis), mikroskopis atau sedimen
urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal, bakteri, dan
parasit), seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat
ini kebanyakan dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup
(test strip). Jika terdapat hasil yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi
menggunakan metode gold standar.
Pasca Analitik:
Pada
tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai
rujukan, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
Nilai Normal:
Test Reference Range
Color Straw - Dark yellow
Appearance
Clear - Hazy
Specific Gravity
1.003-1.029
pH
4.5-7.8
Protein
Negative
Glucose
Negative
Ketones
Negative
Bilirubin
Negative
Occult blood
Negative
Leukocyte Esterase
Negative
Nitrite
Negative
Urobilinogen
0.1-1.0 EU/dL
WBCs
0-4/hpf
RBCs
male: 0-3/hpf
female: 0-5/hpf
Casts
0-4/lpf
Bacteria
Negative
EU
= Ehrlich Units (ca. 1 mg) hpf = High
Power Field (400x) lpf = Low Power
Field (100X)
Interference Factor:
Parameter – parameter pemeriksaan dalam
urin depengaruhi oleh cara pengambilan specimen yang tidak bersih/ steril,
persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang dikonsumsi sebelumnya,
waktu penyimpanan sampel, suhu, cahaya matahari, kontaminasi udara, temperatur
dan pH.
2.
Creatinine
Serum dan Creatinine Clearance Test
Uji
klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang
disebut kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari
metabolisme energi otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding
dengan massa otot individu . Karena tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga
semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah waktu tertentu diekskresikan
ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat spesifik untuk fungsi
ginjal.
Pra Analitik:
pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30 menit sebelum
percobaan dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai habis. Dilakukan
pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24 jam untuk penderita yang
dirawat dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat dengan menit
serta volume urin yang ditampung. Pada waktu porsi urin yang terakhir
dikeluarkan, diambil darah pasien untuk penetapan kreatinin darah. Jenis sampel
untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml
sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup
hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Tinggi dan
berat badan juga diukur.
Analitik:
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan
pemeriksaan kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction (fixed
time). Lalu dilakukan perhitungan
klirens kreatinin dengan rumus:
Kreatinin
klirens = U x V x f bila diuresis
> 2 mL/menit, U x √V x f bila
diuresis < 2 mL/menit
B B
Dengan:
U = kadar
kreatinin urin (mg/dL)
V = diuresis per
menit (cc/menit)
B = kadar
kreatinin serum (mg/dL)
f = faktor
hubungan antara berat badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar
melebihi batas linearitas.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
Nilai
Normal:
Kreatinin serum;
DEWASA :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru
lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA :
Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
Kreatinin
klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk
orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.
Interference
Factor:
Uji klirens
kreatinin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kehamilan, massa otot atau
berat badan, diet atau asupan makanan, konsumsi obat dan proses pengumpulan
urin 12 jam atau 24 jam. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau
riwayat pasien, pengolahan sampel dan kondisi sampel seperti: hemolysis, bilirubin
dan lipemik yang dapat menyebabkan false negative. Asam askorbat, glukosa, dan
beberapa antibiotik juga mempengaruhi hasil. Jika kadar kreatinin melebihi
batas linearitas, maka harus diencerkan.
3.
Urea
Clearance
Urea adalah produk limbah yang diciptakan
oleh metabolisme protein dan diekskresikan dalam urin. Urea Clearance mengukur
fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui glomeruli itu. Tetapi urea
clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate
(GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi kembali ke dalam
darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis. Tes
urea ini memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah
dan dua spesimen urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah
urea yang disaring, atau dibersihkan, oleh ginjal ke dalam urin.
Pra
Anallitik:
Kira-kira
setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL
sampai habis. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal
pukul P dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam
kemudian diambil darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit,
penderita mengosongkan kandung kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat
badan. Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam ditentukan volumenya.
Analitik:
Dilakukan perhitungan diuresis urin
dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar ureum pada serum dan urin
dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu dilakukan perhitungan urea clearance
dengan rumus:
=
U x V x f bila diuresis > 2
mL/menit, U x √V x f bila
diuresis < 2 mL/menit
B
B
Dengan:
U = kadar ureum
urin (mg/dL)
V = diuresis per
menit (cc/menit)
B = kadar ureum
serum (mg/dL)
f = faktor
hubungan antara berat badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar
melebihi batas linearitas. Satuan urea clearance yaitu
ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila didapatkan
diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan
75 ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai
clearance dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
Nilai
Normal:
Kadar
ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah
26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai
normal itu sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan
1,73 m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka
harus diadakan koreksi atas berat badan dan tinggi badan.
Interference
Factor:
Uji
urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme
protein, kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati,
masa pertumbuhan Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat
pasien, dan pengolahan sampel. Jika kadar ureum melebihi batas linearitas, maka
harus diencerkan.
4.
Tes
Osmolalitas
Tes urine osmolalitas .
Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin. Ini
adalah pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi
kemampuan ginjal untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi
normal akan mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan
meningkat, menipiskan urin. Jika asupan cairan menurun, ginjal mengekskresikan
sedikit air dan urin menjadi lebih pekat.
Pra
Analitik: Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan
hal pertama di pagi hari, pada beberapa sampel waktunya, atau pada sampel
kumulatif yang dikumpulkan selama dua puluh empat jam. Pasien biasanya akan
diresepkan diet tinggi protein selama beberapa hari sebelum tes dan diminta
untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.
Analitik:
dilakukan
pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode yang tepat.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
5.
Uji
Protein Urin
Ginjal
yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap
kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein,
ke dalam urin. Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin,
maka merupakan indikator penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining
positif untuk protein ( termasuk dalam urine rutin ) pada sampel urin acak
biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam yang lebih tepat
mengukur kuantitas protein.
Pra Analitik:
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin yang
telah disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein
secara manual.
Analitik:
Dilakukan pemeriksaan urin metode Bang.
Pra Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
Nilai normal: Urin
acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Interference Factor:
Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan globulin. Hasil positif
palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran
urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine
yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine
yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
6.
Blood
Urea Nitrogen
Tes
darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme
protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah
dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen
yang terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan
disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh
asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal.
Pra Analitik:
Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu dilakukan pengolahan
sampel untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur kadar ureum diperlukan
sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung
bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus
darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan
untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk
mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium. Urea stabil 24 jam pada
suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8◦C, 2-3 bulan jika dibekukan.
Analitik:
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau
analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil
monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea.
Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu
nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara,
konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang
28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan
mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
Nilai
Normal:
Dewasa :
5 – 25 mg/dl
Anak :
5 – 20 mg/dl
Bayi :
5 – 15 mg/dl
Lansia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
Interference
Factor:
Uji
urea clearance dipengaruhi oleh asupan protein, fungsi hati, katabolisme
protein, kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati,
masa pertumbuhan, dehidrasi, konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain
itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel.
7. Inulin
dan Cystatin C
Inulin merupakan marker yang ideal karena
memenuhi semua persyaratan tersebut, sehingga klirens inulin dipakai sebagai
baku emas dalam penghitungan LFG baik pada dewasa maupun pada anak-anak.
Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena klirens
inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari. Prosedur pemeriksaan adalah
dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil dalam
cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah
marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi glomerulus yaitu dengan mengukur
kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein berbasis nonglycosylate
yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C bebas
filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak
disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar
cystatin C serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka
cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan
kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus.
Hasil
tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut:
created by:
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
Terima kasih kang :)
BalasHapusSemangat bikin blog baru tentang analis ya ,..
BalasHapusKalau untuk pra analitik imunologi, praanalitik kimia klinik dan praanalitik PT/APTT ada gak?
BalasHapus