A.
PENDAHULUAN
Protein
adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan
peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang
memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum
protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer
plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler.
Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor
koagulasi, dan transport substansi khusus.
Protein-protein
kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen,
albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin.
Globulin-globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh
sistem limforetikuler.
Dua
kelompok besar dari serum protein yang umumnya diminta untuk diperiksa di
laboratorium kimia klinik adalah albumin dan globulin. Pemeriksaan protein
total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum
dengan teknik elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum
dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan
elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih
teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Fraksi
albumin merupakan fraksi yang homogen, sedangkan fraksi globulin adalah fraksi
yang heterogen yang terdiri dari berbagai jenis fraksi yang berbeda. Karena
kedua perbedaan tersebut, maka pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah
pemeriksaan kadar Protein Total dan Albumin, dimana selisihnya merupakan kadar
Globulin.
Protein
Total dan Albumin secara khusus dapat dievaluasi menggunakan bermacam-macam
teknik, seperti : Teknik Radio Immuno
Diffusion, Ultra Violet Spektrofotometri, Nephelometri, Turbidimetri,
Elektroforesis, Immunofixation, dan lain-lain.
Metode
pemeriksaan kadar protein total yang umum digunakan adalah metode Biuret, sedangkan untuk albumin yang
digunakan adalah metode warna (BCG/BCP).
Rasio
kadar Albumin dengan Globulin (A/G ratio) digunakan sebagai petunjuk adanya
perubahan protein serum selama terjadinya gangguan atau penyakit dalam tubuh.
Proteinuria
Proteinuria
yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu
lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam
keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap
fungsional.
Sejumlah
protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat
menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.
Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria,
kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau
merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan
urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab
untuk metabolisme yang serius.
Dalam
keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau
beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit
yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1.Filtrasi
glomerulus
2.Reabsorbsi
protein tubulus
B.
PARAMETER
YANG DIUKUR
Penetapan
kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein
total, dan albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk
menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein
yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena
protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen.
Total
protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 %
karena pengaruh fibrinogen dalam plasma.
C.
Nilai
Rujukan
1.
Protein
Total
Dewasa : 6.0 - 8.0 g/dl
Anak : 6.2 - 8.0 g/dl
Bayi : 6.0 - 6.7 g/dl
Neonatus : 4.6 - 7.4
g/dl
2.
Albumin
Dewasa : 3.5 - 5.0 g/dl
Anak : 4.0 - 5.8 g/dl
Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl
Neonatus : 2.9 - 5.4
g/dl
3.
Protein
Urin
Urin sewaktu : negatif
(≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25 – 150
mg/24 jam.
Masalah
Klinis
1.
Protein
total
PENURUNAN KADAR :
malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom malabsorbsi,
kanker gastrointestinal, kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati
yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air.
PENINGKATAN KADAR :
dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat
pernapasan, sarkoidosis.
2.
Albumin
PENURUNAN KADAR :
sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat,
preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif,
enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh obat : penisilin,
sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
PENINGKATAN KADAR :
dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin.
3.
Proteinuria
Biasanya
proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200 mg/hari pada
beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan
proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih
dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria
massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya
mayoritas terdiri atas albumin.
Proteinuria
rendah (< 500mg/24jam) dapat disebabkan karena pengaruh obat : penisilin,
gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase),
asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria
sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau
kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan
kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut,
preeklampsia.
Proteinuria
tinggi (> 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik,
glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.
D.
TAHAP
PEMERIKSAAN
1.
Pra
Analitik
Tahap
pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel, dan pengiriman
sampel ke laboratorium pemeriksaan / rujukan, proses pemisahan serum atau
plasma serta penyimpanan sampel. Semua faktor perlu dibakukan agar hasil
pemeriksaan dapat diinterpretasi secara baik dan berguna.
a.
Persiapan Pasien
Persiapan
pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi
pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan
persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan
harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi
klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan
instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap
hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan
penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi
bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan
baik.
b.
Pengambilan Spesimen
Pengambilan
spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating
procedure (SOP) yang ada. Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·
Jenisnya sesuai jenis
pemeriksaan
·
Volume mencukupi
·
Kondisi baik : tidak
lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk
·
Pemakaian antikoagulan
atau pengawet tepat
·
Ditampung dalam wadah
yang memenuhi syarat
·
Identitas benar sesuai
dengan data pasien
Sebelum
pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien
harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb)
disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah
ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.
Peralatan yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·
bersih, kering
·
tidak mengandung
deterjen atau bahan kimia
·
terbuat dari bahan yang
tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
·
sekali pakai buang
(disposable)
·
tidak retak/pecah,
mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen
Cara menampung spesimen
dalam wadah/penampung :
1)
Seluruh sampel harus
masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian
luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
2)
Wadah harus dapat
ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
3)
Menampung spesimen urin
-
Sediakan wadah yang
bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah
ditutup, dan bermulut lebar
-
Sebaiknya pasien
diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine
untuk diperiksa.
c.
Pengiriman Spesimen ke
Laboratorium
Spesimen
yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium. Sebelum mengirim
spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan
seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan. Apabila
spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
Pengiriman
spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan
bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
Penundaan
pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam
setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan
fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan.
Pengiriman
sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas
khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup
rapat dan mudah dibawa.
d.
Pemisahan serum/plasma
Cara memisahkan
serum/plasma dari whole blood adalah sebagai berikut :
-
Darah harus segera
dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
-
Untuk pembuatan plasma,
masukkan terlebih dahulu antikoagulan. Pastikan jenis antikoagulan dan volume
darah yang ditambahkan tidak keliru.
-
Lepaskan jarum, alirkan
darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
-
Homogenisasi dengan
lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak
hemolisis.
-
Diamkan tabung selama
30 menit dalam suhu kamar
-
Centrifuge selama 15
menit dengan kecepatan 1500 rpm
-
Serum/plasma yang
terbentuk dimasukkan ke dalam disposible cup atau ependorp kemudian diberi
label nama pasien
e.
Penyimpanan Spesimen
Untuk penyimpanan
spesimen, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
·
Penyimpanan spesimen
dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium
lain
·
Lama penyimpanan harus
memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
·
Hindari penyimpanan
whole blood di refrigerator
·
Menyimpan spesimen
dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan
sampai terjadi beku ulang.
·
Memberi bahan pengawet
pada spesimen
2.
Analitik
Analitik
adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan. Saat
ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna. Protein total biasanya diukur dengan
reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara
spektrofotometri pada λ 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri.
Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan albumin
yang diukur.
a.
Pemeriksaan Kadar Protein
Total
Metode :
Biuret
Prinsip : Ikatan peptida yang terdapat dalam
protein dalam suasana basa akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu
dengan pereaksi Biuret, intensitas warna yang terjadi setara dengan kadar
protein total dalam sampel dan diukur dengan menggunakan fotometer pada panjang
gelombang 546 nm.
Cara Kerja :
|
Blanko
|
Standar
|
Serum
Kontrol
|
Sampel
|
Larutan
standar
|
-
|
20
µL
|
-
|
-
|
Serum
Kontrol
|
-
|
-
|
20
µL
|
-
|
Serum
|
-
|
-
|
-
|
20
µL
|
Larutan
Kerja
|
1000
µL
|
1000
µL
|
1000
µL
|
1000
µL
|
Ø Campur
Ø Inkubasi
selama 5 menit pada suhu 20-25oC
Ø Ukur
Absorbansi Standar dan Sampel terhadap Blanko pada panjang gelombang 546 nm
Ø Warna
stabil sampai 1 jam
b.
Pemeriksaan Kadar Albumin
Serum
Metode : BCG (Brom Cresol Green)
Prinsip : Albumin dengan BCG pada suasana pH 4,2
akan membentuk kompleks warna hijau-biru. Intensitas warna yang
terbentuksebanding dengan konsentrasi Albumin dalam sampel, yang diukur pada
fotometer dengan panjang gelombang 630 nm.
Cara Kerja :
|
Blanko
|
Standar
|
Serum
Kontrol
|
Sampel
|
Standar
|
-
|
10
µL
|
-
|
-
|
Serum
Kontrol
|
-
|
-
|
10
µL
|
-
|
Serum
|
-
|
-
|
-
|
10
µL
|
Larutan
Kerja
|
1000
µL
|
1000
µL
|
1000
µL
|
1000
µL
|
Ø Campur
Ø Inkubasi
selama 3 menit pada suhu 20-25oC
Ø Ukur
kadar albumin dengan program C/ST pada fotometer dengan panjang gelombang 630
nm (620-640) nm
c.
Pemeriksaan Kadar
Globulin Serum
Kadar globulin dalam
serum didapat dari hasil pengurangan kadar protein total serum dengan kadar
albumin serum.
d.
Pemeriksaan Protein
dalam Urin
Metode : Bang
Prinsip : Protein dalam urin akan membentuk
kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein
dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau
gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin.
Cara Kerja :
1) Masukkan
5 mL urin ke dalam tabung reaksi
2) Tambahkan
0,5 mL pereaksi Bang
3) Campurkan
sampai homogen dan panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit.
4) Angkat
dan simpan pada rak kemudian dinginkan
5) Amati
perubahan yang terjadi dengan menggoyangkan cairan dan amati kekeruhan yang
terjadi dan tentukan hasilnya.
Interpretasi Hasil :
Tingkatan
Hasil
|
Kriteria
|
Kadar
Protein
(g/dL)
|
Negatif
(-)
|
Tidak
ada kekeruhan
|
<
0,01
|
Positif
1 (+)
|
Kekeruhan
ringan (tidak berbutir)
|
0,01-0,05
|
Positif
2 (++)
|
Kekeruhan
jelas (berbutir)
|
0,05-0,2
|
Positif
3 (+++)
|
Kekeruhan
hebat (berkeping-keping)
|
0,2-0,5
|
Positif
4 (++++)
|
Menggumpal
|
>0,5
|
3.
Pasca
Analitik
Tahap pasca analitik
meliputi :
a.
Pencatatan Hasil
Kegiatan pencatatan dan
pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam
penyampaian hasil pemeriksaan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
· Kesesuaian
antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang sesuai.
·
Penulisan angka yang
digunakan.
·
Satuan yang digunakan
sebaiknya adalah satuan internasional.
·
Pencantuman nilai
normal.
· Satuan
pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
· Pencantuman
keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2 kali dan
sebagainya.
· Penyampaian
hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.
·
Dokumentasi/arsip.
· Perlu
pula disediakan buku ekspedisi didalam dan diluar laboratorium. Kasus tertukar dan
hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam maupun diluar
laboratorium, sehingga hal ini harus dihindarkan.
b.
Penegakkan diagnosis
dari hasil pemeriksaan
Spesimen
yang telah diperiksa dicatat dan dilaporkan dalam buku register masing-masing.
Bila terjadi pengukuran/pemeriksaan yang abnormal maka pemeriksaan diulang
sebanyak 2 kali atau tiga kali. Bagi laboratorium yang mempunyai seorang Dokter
Spesialis Patologi Klinik, hasil pemeriksaan dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik.
c.
Pelaporan Hasil
Pelaporan kegiatan
pelayanan laboratorium terdiri dari :
· Laporan
kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
· Laporan
khusus (misal : KLB, HIV)
· Laporan
hasil pemeriksaan.
· Hasil
pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisis
dan parameter lainnya sesuai dengan permintaan dicatat dan dilaporkan dalam
bentuk blanko hasil pemeriksaan yang terpisah dan ditanda tangani oleh
penanggung jawab laboratorium atau petugas laboratorium yang memeriksa.
E.
FAKTOR
YANG DAPAT MEMPENGARUHI TEMUAN LABORATORIUM
Faktor
yang dapat mempengaruhi pemeriksaan protein serum, diantaranya :
-
Diet tinggi lemak
sebelum dilakukan pemeriksaan.
-
Sampel darah hemolisis
Pada
proteinuria, hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya
substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat
pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih
kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8).
Hasil
negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam
(pH di bawah 3).
F.
HUBUNGAN
DENGAN PEMERIKSAAN LAIN
Pemeriksaan
protein dapat dilakukan untuk menguji fungsi hati. Tes fungsi hati meliputi pengukuran
enzim, protein dan unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan
dipengaruhi oleh kerusakan hati. Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang
rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan hati yang menurun dalam melakukan
satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan bersamaan, tes ini memberikan
dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi keparahan akan kerusakan
hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan merupakan batu
loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya.
Tes
ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah
yang diambil. Ini bisa meliputi:
·
Alanine
Aminotransferase (ALT) — suatu enzim yang utamanya ditemukan di
hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase).
Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini
akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
·
Alkaline
Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan
saluran empedu; seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.
·
Aspartate
Aminotransferase (AST) – enzim ditemukan di hati
dan di beberapa tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut
sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic
Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya
meningkat pada infeksi akut.
·
Bilirubin – biasanya
dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice): Bilirubin total
mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk mengukur
bentuk yang terkonjugasi.
·
Albumin – mengukur
protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat protein
ini dalam jumlah cukup atau tidak.
·
Protein total –
mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk antibodi guna
memerangi infeksi.
Tergantung
pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk
melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl
transferase), LDH (lactic acid
dehydrogenase) dan PT (prothrombine
time).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011.
Proses Pengendalian Mutu Laboratorium. [Online]. Tersedia : http://infoanaliskesehatan.wordpress.com/2011/07/14/proses-pengendalian-mutu-laboratorium/#more-4.
Diunduh 1 Desember 2013 pukul 11.40 WIB.
Anonim.
2012. Pemeriksaan Kimia Klinik. [Online]. Tersedia : http://biomedika.co.id/v2/services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html.
Diunduh 29 November 2013 pukul 09.41 WIB.
Anonim. 2012.
Pemeriksaan Urin terhadap Protein. [Online]. Tersedia : http://mitsukoraynzz.wordpress.com/2012/06/10/pemeriksaan-urine-terhadap-protein-pemeriksaan-urine-terhadap-glukosa-pemeriksaan-urine-terhadap-protein-pemeriksaan-urine-terhadap-glukosa/.
Diunduh 1 Desember 2013 pukul 09.14 WIB.
Ardi, F. N. 2011.
Pasca Analitik. [Online]. Tersedia : http://ferinurgiantoardi.blogspot.com/2011/11/pasca-analitik.html.
Diunduh 1 Desember 2013 pukul 13.08 WIB.
Hikari, Lailani.
2013. Pemeriksaan Protein Urine Metode Bang. [Online]. Tersedia : http://lailanihikari.wordpress.com/2013/11/15/pemeriksaan-protein-urine-metode-bang/.
Diunduh 1 Desember 2013 pukul 12.49 WIB.
Riswanto.
2009. Protein Serum. [Online]. Tersedia :
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/protein-serum.html.
Diunduh 29 November 2013 pukul 09.39 WIB.
Riswanto. 2010.
Tes Protein Urin. [Online]. Tersedia : http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/tes-protein-urin.html.
Diunduh 29 November 2013 pukul 10.13 WIB.
Riyani, Ani.
2013. Penuntun Praktikum Kimia Klinik 2. Bandung : Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bandung Jurusan Analis Kesehatan .
Yulistina, M.
R. 2011. Uji Fungsi Hati. [Online]. Tersedia : http://mettidagger.blogspot.com/2011/07/bab-i-pendahuluan-pengertian-hati-hati.html.
Diunduh 1 Desember 2013 pukul 13.37 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar