Ginjal adalah organ
ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Terletak di bagian
retroperitoneal bagian atas atau di posterior rongga abdomen. Dalam ginjal
terdapat unit fungsional ginjal yang disebut nefron yang terdiri dari
glomerulus, kapsula bowman, tubulus proksimal, tansa henle, dan tubulus distal.
Ginjal memiliki fungsi untuk mempertahankan pH cairan tubuh, mempertahankan
jumlah dan komposisi cairan tubuh, menegeluarkan hasil pemecahan metabolisme,
dan menyerapa kembali zat-zat yang dikeluarkan oleh tubuh. Sebagai bagian dari
sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran dari darah dan membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urin.
Banyak kerusakan dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal dalam melakukan
tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat
(akut), yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis).
Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Sulit mengukur kerusakan ini secara langsung. Oleh karena itu, dibentuk
beberapa tes laboratorium yang memberi gambaran mengenai kesehatan ginjal. Tes
ini disebut sebagai tes fungsi ginjal atau faal ginjal, dan dapat membantu
menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada sampel urin
dan darah.
Langkah
awal dimulai dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan
sedimen urin. Berbagai informasi
penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari urinalisis.
Pengukuran kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum berguna untuk
evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Dalam keterbatasannya, kedua uji tersebut mampu membuat
estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akurat. Untuk menetapkan LFG yang
lebih tepat dapat dilakukan pengukuran dengan klirens kreatinin.
URINALISIS
Urinalisis adalah
analisi fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalisis berguna untuk
untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk
mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan
ginjal.
Persiapan pemeriksaan
·
Dari
pasien:
-
Tidak
mengkonsumsi vitamin C atau zat pereduksi lain
-
Tidak memakai obat-obatan yang
memberi warna pada urin
- Daerah genital bagian luar
dibersihkan dahulu supaya tidak terkontaminasi dengan sekret vagina, uretra,
dan bahan-bahan lain dari luar
-
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
menampung urin.
- Untuk
melihat ada tidaknya kelainan pada tubulus ginjal pasien puasa minum 24 jam, makan
standar atau seperti biasa. Jika penderita tidak puasa, disuntik ADH (anti
diuretik hormon), setelah 1-2 jam baru diukur berat jenis urinenya.
·
Dari
alat dan bahan pemeriksaan:
-
Alat
atau wadah penampung urin terbuat dari plastik, bersih, kering, dapat ditutup,
bermulut lebar, dan satu kali pakai
-
Bahan
pemeriksaan berupa urin dalam wadah harus diberi label berisi identitas pasien
seperti nama, nomor rekam medik, tanggal dan jam pengambilan urin, umur,
alamat, dan nama dokter pengirim.
-
Perlu
diperhatikan jenis urin yang diperlukan berdasarkan waktu, yang digunakan urin
sewaktu, urin pagi, dan urin 24 jam.
·
Dari
analis atau petugas pemeriksa:
-
Membrikan
penampung urin dan edukasi kepada pasien bagaimana cara pengambilan urin yang
benar. Misalnya urin porsi tengah : urin yang pertama kali keluar tidak
ditampung, lalu urin selanjutnya ditampung, dan urin yang terakhir keluar tidak
ditampung
-
Mempersiapkan alat dan reagen yang
diperlukan untuk pemeriksaan, misalnya carik celup atau strip, urinometer, urinanalyzer,
dan mikroskop untuk melihat sedimen urin.
-
Urin segera diperiksa dalam waktu
<1 jam, kalau lebih sebaiknya disimpan dilemari pendingin 2-8oC
bertahan 8-24 jam atau diberi pengawet.
Prosedur dengan
menggunakan reagen strip
Ambil satu reagen strip untuk satu sampel urin. Celupkan strip reagen
sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan
menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas
secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya
dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen
strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak
akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan
kurang. Pembacaan reagen strip dengan instrument otomatis lebih dianjurkan
untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu
harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera
dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus
segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar,
dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan
bahwa tidak ada perubahan warna.
Prosedur pemeriksaan mikroskopik urin
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing
sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah
(sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting)
untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml.
Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak
dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes
cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan
coverglass, siap untuk diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low
power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti
silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi
menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high
power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit,
epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika
identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang
pandang kuat juga dapat dilakukan.
Cara pelaporan
hasil pemeriksaan sedimen
Dilaporkan
|
Normal
|
+
|
++
|
+++
|
++++
|
Eritrosit/LPK
|
0-3
|
4-8
|
8-30
|
lebih dari 30
|
Penuh
|
Leukosit/LPK
|
0-4
|
5-20
|
20-50
|
lebih dari 50
|
Penuh
|
Silinder/Kristal/LPL
|
0-1
|
1-5
|
5-10
|
10-30
|
lebih dari 30
|
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah
dinyatakan abnormal.
Pemeriksaan mikroskopik
diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak
macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi
(bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan,
disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Nilai rujukan dan interpretasi hasil
Urinalisis
|
Dewasa
|
Bayi baru lahir
|
Anak
|
Warna
|
Kuning muda sampai kuning sawo
|
Kuning muda sampai kuning tua
|
|
Tampilan
|
Jernih
|
Jernih
|
Jernih
|
Bau
|
Berbau khas
|
Berbau khas
|
|
pH
|
4,5-8,0
|
5-7
|
4,5-8
|
Berat jenis
|
1,005-1,030
|
1,001-1,020
|
1,005-1,030
|
Protein
|
2-8 mg/dl
|
||
Glukosa
|
Negatif
|
Negatif
|
|
Keton
|
Negatif
|
Negatif
|
|
Darah
|
Negatif
|
Negatif
|
|
Sel darah merah
|
1-2
|
Jarang
|
|
Sel darah putih
|
3-4
|
0-4
|
|
Sedimen
|
Jarang menimbulkan hialin
|
Jarang
|
Sedimen urin
|
Nilai normal
|
Cell cast
|
Negatif
|
White cell cast
|
0-5/hpf
|
RBC
|
0-3/hpf
|
Epitel
|
0-2/hpf
|
Bakteri
|
< 2/hpf atau 1000/mL
|
Kristal
|
Negatif
|
Sifat atau Unsur
|
Kondisi/Masalah Klinis
|
Keterangan
|
Warna:
|
Warna yang pucat biasanya mengindikasikan bahwa urin tersebut
encer dan warna kuning tua atau kuning sawo mengindikasikan bahwa urin
tersebut pekat. Obat dan makanan akan mengubah warna urin
|
|
Tidak berwarna
|
Asupan cairan banyak, diabetes insipidus, penyakit ginjal kronis,
ingesti alkohol, gugup
|
|
Merah atau merah tua
|
Hemoglobinuria, Kontaminasi mentruasi, Pengaruh obat
(sulfisoksazol, fenitoin, klorpromazin, docusate, fenolftalein), Makanan (gula
bit, kelembak, pewarna makanan)
|
|
Tampilan:
|
||
Keruh, berkabut
|
Bakteri, pus, jaringan sel darah merah, sel darah putih,
fosfat, cairan prostat, spematozoa, urat, asam urat
|
|
Bau
|
||
Amonia (Berbau busuk)
|
Pemecahan urea oleh bakteri
|
|
pH
|
||
<4,5
|
Asidosis metabolik, asidosis respiratorik, kelaparan, diare, diet
tinggi daging berprotein, pengaruh obat (ammonium klorida, asam mandelat)
|
|
>8,0
|
Bakteriuria (infeksi saluran kemih akibatpseudomonas atau proteus), Antibiotik (Kanamisin,
neomisin, streptomisin), sulfonamid, kelebihan salisilat, natrium bikarbonat,
asetazolamid, kalium sitrat, Diet (tinggi buah-buahan asam, tinggi
sayur-sayuran)
|
|
Berat jenis (BJ)
|
BJ rendah dapat mengindikasikan bahwa penyakit ginjal, karena
ketidakmampuan memekatkan urin, adanya kelaianan pada tubulus ginjal.
|
|
<1,005
|
Diabetes insipidus, kelebihan asupan cairan, hidrasi berlebihan,
penyakit ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit polikistik),
defisit kalium yang parah
|
|
>1,026
|
Penurunan asupan cairan, demam, pemberian dextran, albumin per
IV, diabetes mellitus, muntah, diare, dehidrasi, media kontras sinar X
|
|
Protein:
|
Prorteinuria merupakan indikator yang sensitif terhadap disfungsi
ginjal
|
|
> 8 mg/dl
|
Proteinuri reingan sementara, latihan fisik, strees berat, mandi
air dingin, demam, penyakit infeksius akut, penyakit akut, penyakit ginjal
(glomerulonefritis, sindrom nefrotik, penyakit polikistik ginjal), SLE,
leukimia, mieloma multipel, penyakit jantung, toksemia gravidarum,
septikemia, zat (arsenik, merkuri, timbal, karbon tetraklorida), penyakit
obat (berbiturat, neomisin, dosis penisilin berlebihan, sulfonamid)
|
|
< 2 mg/dl
|
Urin yang sangat encer
|
|
Glokosa:
|
Ambang ginjal terhadap glukosa darah adalah 160-180 mg/dl
|
|
> 15 mg/dl (acak) atau +4
|
Diabetes mellitus, gangguan SSP (stroke, meningitis), sindrom
cushing, anestesia, infus glukosa, stres berat, infeksi, pengaruh obat (hasil
positif palsu), asam askorbat, aspirin, sefalotin, streptomisin, epinefrin
|
|
Pemeriksaan Mikroskopik Sedimen Info:
|
||
Sel darah merah
|
Trauma pada ginjal, penyakit ginjal (pielonefritis,
glomerulonefritis, hidronefrosis), batu ginjal, sistitis, SLE nefritis,
aspirin (berlebihan), antikoagulan, sulfonamid, kontaminasi menstruasi
|
|
Sel darah putih
|
Infeksi saluran kemih, demam, latihan fisik berlebihan, SLE
nefritis, penyakit ginjal, gagal jantung
|
|
Cell cast
|
Menunujukan acute tubular necrosis
|
|
Red cell cast
|
Timbul pada glomerulus akut
|
|
White cell cast
|
Terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis
|
|
Kristal (kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple posfat)
|
Menunjukan peningkatan asam urat dan asam amino
|
KREATININ KLIRENS
Klirens kreatinin yaitu
sejumlah plasma yang dibesrsihkan dari kreatinin oleh ginjal per menit. Kreatinin adalah produk
limbah dalam darah yang berasal dari aktivitas otot. Terbentuk sebagai hasil
dehidrasi kreatin otot dan merupakan produk sisa kreatin. Kreatinin difiltrasi
oleh glomerulus ginjal dan tidak direabsorbsi tubulus pada keadaan normal. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap
hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau
tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada
otot. Klirens kreatinin
dapat digunakan untuk menilai laju filtrasi glomerulus (LFG).
Persiapan pemeriksaan
·
Dari pasien:
-
Tidak melakukan aktivitas fisik
atau olahraga berat
-
Tidak mengkonsumsi alkohol
-
Tidak perlu puasa
·
Dari bahan pemeriksaan:
-
Bahan pemeriksaan yang digunakan
berupa urin 24 jam dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak hemolisis.
-
Bahan
pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam
medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·
Dari analis atau petugas
pemeriksa:
-
Pasien diberi alat penampung urin
dan edukasi bagaimana cara menampung urin
-
Dicatat obat-obatan yang
dikonsumsi oleh pasien
-
Diukur tinggi dan berat badan pasien
-
Diambil darah vena pasien, lalu
dbuat plasma atau serum
-
Dipersiapkan alat yang
terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-
Sampel langsung diperiksa atau
disimpan.
*stabilitas sampel : serum
/ plasma : 2 - 8 °C = 7 hari pada suhu (-15) - (-25)°C = 3 bulan, urine : 2 - 8
°C = 4 hari pada suhu (-15) - (-25)°C = 3 bulan
Pemeriksaan klirens kreatinin
·
Kadar kreatinin dalam
plasma/serum dan urine (diencerkan 10x) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer
atau analyzer kimiawi.
·
Diukur volume urin yang
ditampung dalam 24 jam per menit atau diuresisnya.
·
Perhitungan
klirens kreatinin
-
Menurut Traub SL dan Johnson CE
untuk anak 1-18 tahun
Clcr = [0,48x(tinggi)]/Scr
Keterangan : Clcr = klirens kreatinin, Scr = kreatinin serum
-
Metode Jelliffe, memperhitungkan
umur pasien, pada umurnya dapat dipaki untuk pasien dewasa yang berumur 20-80
tahun. Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens kreatinin untuk
konsentrasi kreatinin serum yang sama.
Pria : Clcr = [98-0,8x(umur-20)]/Scr
Wanita : Clcr pada pria dikali 0,90
-
Metode Cockroff dan Gault juga
digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari konsentrasi kreatinin
serum pasien dewasa. Metode ini melibatkan umur dan berat badan pasien.
Pria : Clcr={[140-umur(tahun)]xberat badan(kg)}/[72xScr(mg/dL)]
Wanita : Clcr pada pria dikali 0,85
-
Untuk
menyeragamkan satuan pengukuran LFG, digunakan rumus sebagai berikut:
Klirens Kreatinin
cc/menit
U = Kadar Kreatinin Urin (mg/dL)
V = Diuresis per menit selama 24 jam (cc/menit)
P = kadar Kreatinin darah dlm serum atau plasma (mg/dL)
F=faktor dengan rumus Du Bois
Nilai rujukan dan
interpretasi hasil
Nilai normal kreatinin : 0,6 – 1,3 mg/dL
Nilai normal
klirens kreatinin : pria 150 cc/menit;
wanita 130 cc/menit
Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan
klirens kreatinin
|
||
Derajat
kegagalan ginjal
|
Klirens Kreatinin
(mL/menit)
|
Serum Kreatinin
(mg/dL)
|
Normal
|
> 80
|
1,4
|
Ringan
|
57 – 79
|
1,5 - 1,9
|
Moderat
|
10 – 49
|
2,0 - 6,4
|
Berat
|
< 10
|
> 6,4
|
Anuria
|
0
|
> 12
|
Normal
LFG pada orang dewasa adalah 120-125
ml/menit. LFG berfungsi untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. LFG yang terlalu cepat menyebankan proses
reabsorpsi di renal tubule tidak sempurna, sebaliknya LFG yang lambat menyebabkan tingginya reabsorpsi
zat yang seharusnya dibuang lewat urin. LFG sangat erat kaitannya dengan Tekanan Darah
tubuh.LFG dapat dikatakan normal jika tekanan darah 80-180 mmHG.
LFG dipertahankan dengan mekanisme
autoregulasi dan miogenik ginjal (renal myogenik autoregulation) dan umpan balik
tubuloglomerular (tubuloglomerular feedback).
Faktor yang mempengaruhi hasil
·
Obat
tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum seperti Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin),
aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat,
obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat,
mitramisin, metildopa, triamteren.
·
Kehamilan
·
Aktivitas
fisik yang berlebihan
·
Konsumsi
daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium
·
Nilai kreatinin boleh jadi
normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien lansia dan pasien
malnutrisi akibat penurunan massa otot.
KLIRENS UREA
Klirens
urea mengukur fungsi glomerulus
karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut. Tetapi nilai klirens urea tidak boleh dipandang sama dengan
nilai glomerular filtration rate, karena sebagian dari ureum
itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang
berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis. Percobaan
ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga dijadikan 4 jam atau lebih.
Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap jangka waktu
minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit
atau lebih (maximal clearance) lebih dapat dipercaya
dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2 menit (standard
clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan
tidak dapat dipercaya.
Persiapan pemeriksaan
·
Dari pasien:
-
Pasien puasa selama 8 jam sebelum
pengambilan darah
·
Dari bahan pemeriksaan:
-
Bahan pemeriksaan yang digunakan
berupa urin dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak hemolisis.
-
Bahan
pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam
medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·
Dari analis atau petugas
pemeriksa:
-
Pasien diberi alat penampung urin
dan edukasi bagaimana cara menampung urin. Urin yang digunakan adalah urin yang
ditampung dalam waktu dua jam dalam dua wadah dengan selisih satu jam.
-
Dicatat obat-obatan yang
dikonsumsi oleh pasien
-
Diukur tinggi dan berat badan
pasien, dan tentukan luas permukaan tubuh (LPT) dengan rumus Du Bois
-
Diambil darah vena pasien, lalu dbuat
plasma atau serum
-
Dipersiapkan alat yang
terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-
Sampel langsung diperiksa atau
disimpan.
*stabilitas
sampel : serum / plasma : 7 hari pada 20 - 25 °C, 7 hari
pada 2 - 8 °C, 1 tahun pada - 20 °C, urine : 2 hari pada 20 - 25 °C, 7 hari
pada 2 - 8 °C, 1 bulan pada - 20 °C
Pemeriksaan klirens urea
·
Kumpulan urine jam I dan II secara
berurutan, kemudian hitung produksi Urine per menit : V (ml/menit).
·
Kadar ureum
(BUN) atau urea dalam plasma/serum dan urin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi
enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat
spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan
nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun
di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total.
Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea
dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
·
Ukur Tinggi Badan, Berat
badan, dan tentukan luas permukaan tubuh (LPT) dengan rumus Du BOIS.
·
Klirens Urea dihitung berdasarkan
rumus :
Produksi Urine > 2 ml/menit : Karena = Ux (V/P) x 1,78/LPT x 100/75
Produksi Urine < 2 ml/menit : Karena = Ux x 1,78/lpt x 100/54
Nilai rujukan
Klirens urea: 55 cc/menit – 75 cc/menit
Kadar
BUN :
Kategori
|
Kadar
|
Dewasa
|
5-25 mg/dl
|
Anak
|
5-20 mg/dl
|
Bayi
|
5-15 mg/dl
|
Faktor
yang dapat mempengaruhi hasil dan implikasi klinik
·
Status
dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan
dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat
memberikan temuan kadar tinggi palsu.
·
Diet
rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya,
diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita
banyak minum.
·
Pengaruh
obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar BUN
·
Penurunan
kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik
akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih
lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadi pengurangan sintesis dan sebagian karena
retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
·
Peningkatan
kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa
nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal
ginjal.
ASAM URAT
Asam Urat adalah produk akhir metabolisme purin
(adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat
terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase.
Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi
sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung
kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang
mengandung purin.
Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada
kondisi urin yang bersifat asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh sebab itu fungsi
ginjal yang efektif dan kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi
hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi berkaitan dengan hiperuresemia
adalah gout. Kadar asam urat
sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu
diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu. Menunjang diagnosis gout.
Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau pengobatan pasien asam urat,
pasien kemoterapi.
Persiapan pemeriksaan
·
Dari pasien:
-
Pasien puasa selama 12 jam sebelum
pengambilan darah
-
Tidak mengkonsumsi alkohol dan
vitamin atau suplemen yang dapat meningkatkan asam urat, seperti vitamin C
-
Tidak boleh stress
Dari bahan pemeriksaan:
-
Bahan pemeriksaan yang digunakan
berupa urin (pagi dan 24 jam) dan plasma heparin/EDTA atau serum yang tidak
hemolisis.
-
Bahan
pemeriksaan diberi label berisi identitas pasien seperti nama, nomor rekam
medik, tanggal, jenis kelamin, umur, alamat, dan nama dokter pengirim.
·
Dari analis atau petugas
pemeriksa:
-
Pasien diberi alat penampung urin
dan edukasi bagaimana cara menampung urin.
-
Dicatat obat-obatan yang
dikonsumsi oleh pasien
-
Diambil darah vena pasien, lalu
dbuat plasma atau serum
-
Dipersiapkan alat yang
terkalibrasi dan reagen yang sudah terstandarisasi
-
Sampel langsung diperiksa atau
disimpan.
*stabilitas
sampel : serum / plasma : 5 hari pada 2-8 °C, 6 bulan
pada -20 °C. Urin pagi hari dan 24 jam tanpa penstabil : sesegera mungkin
dianalisa. Urin pagi hari dan urin 24 jam dengan penstabil NaOH sampai pH >
8,0 : 4 hari pada 20-25 °C.
Pemeriksaan asam
urat
Kadar
asam urat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer
kimiawi. Pengukuran asam urat oleh
reaksi dengan uricase. Dibentuk reaksi H2O2 dengan
katalisis peroksidase dengan asam 3,5-dichloro-2 hydroxy benzenesulfonic (DCHBS
) dan 4-aminophenazon (PAP) untuk memberi warna merah violet pada celupan
quinoneimin sebagai indikator.
Nilai rujukan
dan interpretasi hasil
Kategori
|
Kadar asam urat
|
Pria
|
3,4 – 8,5 mg/dl (darah)
|
Wanita
|
2,8 – 7,3 mg/dl (darah)
|
Anak
|
2,5 – 5,5 mg/dl (darah)
|
Lansia
|
3,5 – 8,5 mg/dl (darah)
|
Dewasa
|
200 – 1000 mg/dL (urin 24 jam)
|
Dewasa
|
37 – 92 mg/dL (urin pagi)
|
Faktor
yang dapat mempengruhi hasil dan implikasi klinik
·
Sampel
serum/plasma hemolisis
·
Stress
dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum
·
Pengaruh obat. Yang
menurunkan : alopurinol, azatioprin, koumadin,
probenesid, sulfinpirazon. Yang menaikan : diuretik (tiazid,
furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin,
fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
·
Kadar
asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik,
monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,
hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal,
glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia,
stress, keracunan timbal, pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan,
diet penurunan berat badan-tinggi protein.
·
Nilai asam urat yang dibawah
normal tidak bermakna secar klinik. Tapi biasanya terjadi pada penyakit Wilson, anemia defisiensi asam folat, luka bakar,
kehamilan.
PENUTUP
Setelah selesai melakukan setiap parameter fungsi
ginjal selalu dilakukan pelaporan, pendokumentasian, dan pengarsifan hasil
pemeriksaan. Hal ini bisa dilakukan secara manual atau komputerisasi. Data yang diarsifkan terdiri dari hasil pemeriksaan, metode
pemeriksaan, kode pemeriksa, kode pasien, dan waktu.
Cantumkan pustakanya juga dong biar gak d bilang hoax atau asal.thanks
BalasHapus